20.5.09

Sahabat Rasulullah yang Burok.-part (2)

Para sahabat membantah perintah Rasulullah saw.

Kita lanjutkan laporan Umar bin Khathab: “Setelah Rasulullah saw menyelesaikan penulisan surat perjanjian itu, beliau berkata kepada para sahabatnya:”bangunlah, sembelihlah qurban dan bercukurlah. Demi Allah tidak seorang pun di antara para sahabat yang bangun sampai ia mengatakannya tiga kali. Ketika tidak seorang pun berdiri, beliau masuk ke tempat Ummu Salamah. Ia mengadu kepadanya tentang apa yang ia hadapi dari orang banyak. Ummu Salamah berkata:’Ya Nabiyallah, apakah engkau ingin mereka melakukannya? Beliau berkata;”benar.” Ummu Salamah berkata:”Keluarlah dan jangan berbicara dengan seorang pun di antara mereka sampai engkau menyembelih hewanmu dan memanggil tukang cukurmu untuk memotong rambutmu.” Lalu Nabi saw berdiri keluar dan tidak berbicara pada seorang pun sepatah kata pun sampai ia melakukan penyembelihan dan memotong rambut. Ketika mereka melihat Nabi berbuat seperti itu, mulailah mereka bangun dan menyembelih serta satu sama lain saling mencukur rambut sehingga hampir-hampir mereka saling membunuh” (Al-Durr al-Mantsur &;53; Ibn Katsir 4:199).

Allah ridha kepada mereka

Dalil berikutnya yang dijadikan dalil tentang ‘Adalat al-Shahabah adalah potongan ayat
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ . Potongan ayat ini disebut empat kali dalam al-Quran. Tiga kali disebut untuk menunjukkan karakteristik umum orang-orang yang diridhai Allah swt; tidak khusus berkaitan dengan sahabat: Al-Maidah 5:119; Al-Mujadilah 58:22; Al-Bayyinah 98:7-8. Mungkin yang dimaksud al-Syaikh, yang berkaitan dengan sahabat adalah Al-Tawbah 9:100. Hanya sekedar contoh, untuk ayat-ayat yang khithabnya umum kita hanya membahas Al-Bayyinah 7-8 saja. Setelah itu, kita memperhatikan secara khusus Al-Tawbah 9:100.
Al-Bayyinah 7-8
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

Para mufasir tidak pernah menisbahkan “Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepadaNya khusus untuk sahabat. “Mereka” dinisbahkan kepada semua orang yang beriman dan beramal saleh; kepada khayrul bariyyah

Ibn Katsir menulis, “Telah berdalil dengan ayat ini Abu Hurairah dan sebagian ulama tentang keutamaan kaum mukmin di atas para malaikat, berdasarkan firman Allah –ulaika hum khayrul bariyyah” (Ibn Katsir 4:538). Ibn Katsir kemudian menurunkan hadis-hadis yang menjelaskan sifat-sifat mukmin yang termasuk khayrul bariyyah. Misalnya, “Khayrul bariyyah adalah orang yang memegang kendali kudanya di jalan Allah. Tetap tegak di atasnya apa pun yang terjadi”.


Jalaluddin al-Suyuthi, setelah mengutip hadis Abu Hurairah tentang mukmin yang beramal saleh –yang diridhai Allah- lebih mulia dari malaikat, ia meriwayatkan hadis dari Aisyah ketika Rasulullah menjawab pertanyaan tentang manusia yang paling mulia: “Ya Aisyah, tidakkah kamu membaca ayat:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

Setelah itu, Al-Suyuthi menurunkan hadis-hadis berikut: Ibn Asakir mengeluarkan dari Jabir bin Abdillah. Ia berkata: Kami sedang bersama Nabi saw, lalu datanglah Ali. Nabi saw berkata: Demi yang diriku ada di tangannya. Sesungguhnya ini dan Syi’ahnya sungguh orang-orang yang berbahagia pada hari kiamat. Dan turunlah ayat
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

Setelah itu, para sahabat Nabi saw, bila Ali datang, mereka berkata: Telah datang khayrul bariyyah.
Ibn Adi dan Ibn Asakir mengeluarkan dari Ibn Abbas. Ia berkata: Ketika turun ayat
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
Rasulullah saw bersabda kepada Ali, “Dia itu adalah kamu dan Syi’ahmu, pada hari kiamat, ridha kepada Allah dan diridhai Allah”

Ibn Mardawayh mengeluarkan dari Ali. Ia berkata: Rasulullh saw berkata kepadaku: Tidakkah kamu dengar firman Allah
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّة
Itulah engkau dan Syi’ahmu. Tempat perjanjianku dan perjanjian kalian adalah al-Hawdh, ketika umat-umat datang untuk dihisab, kalian dipanggil ghurran muhjalin (Al-Durr al-Mantsur 8:589).

Al-Tawbah 9:100
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Abu Syaikh dan Ibn Asakir mengeluarkan dari Abi Shakhr Hamid bin Ziyad. Ia berkata: Aku bertanya pada Muhammad bin Ka’ab al-Qurdhi ra: Beritakan kepadaku tentang sahabat Rasulullah saw. Yang aku maksud adalah al-fitan (peristiwa kerusuhan). Ia menjawab: Sesungguhnya Allah telah mengampuni semua shahabat Nabi saw dan memastikan kepada mereka surga, baik yang berbuat baik maupun yang berbuat buruk . Aku bertanya kepadanya: dimana dalam Kitabullah, Allah swt memastikan kepada mereka surga?. Ia menjawab tidak kah kamu baca, وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ Allah swt mewajibkan surga dan keridhaannya kepada semua shahabat Nabi saw tetapi memasukkan tabi’in ke surga dengan syarat-syarat. Aku bertanya apa syarat-syaratnya?. Ia menjawab Allah swt mensyaratkan mengikuti shahabat dengan berbuat baik. Yakni, mengikuti shahabat dengan amal-amal yang baik dan tidak mengikuti di luar itu (Tafsir al_Durr al-Mantsur, 3:486).

Berdasarkan keterangan di atas, sebagai penafsiran atas ayat ini, Ahlussunnah berpendapat bahwa semua shahabat Nabi saw masuk surga, sekalipun mereka berbuat buruk. Bila kita perhatikan ayat-ayat sebelumnya, kita akan membaca kecaman Allah swt kepada para shahabat baik Muhajirrin maupun Anshar.

Ayat ini terletak dalam rangkaian ayat-ayat dalam surat al-Taubah. Abu ‘Ubaid, ibn al-Mundzir, Abu al-Syeikh, Ibn Mardawaih dari Said bin Jubair ra : aku bertanya kepada Ibn Abbas tentang surat al-Taubah: Ia berkata Taubat?. Bukan ini surat al-Fadhihah, yang mempermalukan. Ketikan ayat ini terus menerus turun, kami mengira bahwa tidak tersisa dari kami seorangpun kecuali disebutkan(kecaman) di dalamnya .

Abu al-Syeikh dari Ikrimah. Ia berkata: Umar berkata: sebelum selesai turun surat al-Taubah, kami mengira bahwa tidak akan tersisa seorangpun di antara kami yang tidak dikenai oleh ayat yang turun. Karena itulah surat ini dulu diberi nama al-Fadhihah.

Marilah kita perhatikan paling tidak 10 ayat sebelum ayat yang kita bicarakan

1. Al-Tawbah 90 menceritakan al-Mu’adzdzirun, yakni , shahabat yang mengajukan alasan yang tidak benar supaya diizinkan tidak berperang. Ketika Ibn Abbas membaca ayat ini, ia berkata : Allah swt melaknat al-Mu’adzdzirun.
2. Al-Tawbah 91 menceritakan ampunan Allah swt kepada kaum dhuafa, orang sakit , atau orang yang tidak punya nafkah, asalkan ia setia kepada Allah dan RasulNya.
3. Al-Tawbah 92 memberikan dispensasi kepada sahabat yang tidak mempunyai kendaraan untuk mengangkut mereka dan berlinang-linang airmata mereka. Para mufassir mempunyai daftar sahabat dalam kelompok ini.
4. Al-Tawbah 93-96 mengecam sahabat-sahabat yang tidak punya alasan untuk tidak ikut perang. Nabi saw diperintahkan Allah untuk tidak mempercayai alasan mereka, karena Allah sudah mengungkap kebohongan mereka. Allah berfirman: “Berpalinglah kalian dari mereka. Mereka itu kotoran. Tempat mereka itu Jahannam, balasan atas apa yang mereka lakukan. Mereka bersumpah kepadamu supaya kamu ridha kepada mereka. Jika kamu ridha kepada mereka, sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang fasik.” (Al-Tawbah 95-96)
5. Al-Tawbah 97 menegaskan bahwa الأعْرَابُ أَشَدُّ كُفْرًا وَنِفَاقًا وَأَجْدَرُ أَلا يَعْلَمُوا حُدُودَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ.
6. Al-Tawbah 98-99 menjelaskan sifat-sifat mereka: menganggap infak sebagai denda dan berharap agar Rasulullah jatuh dalam kebinasaan. Tapi Allah juga menjelaskan bahwa di antara mereka ada juga yang berinfak untuk mendekatkan diri kepada Allah dan supaya mendapat doa Rasulullah saw.
7. Segera setelah ini, dalam Al-Tawbah Allah menjelaskan sahabat-sahabat yang diridhainya dan mereka pun ridha kepada Allah “dari sebahagian Muhajir dan Anshar”, مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ

Seruan

Photobucket